Thursday 29 October 2009

Harapan seorang IBU...

Si-Fulan jantungnya berdenyut kencang, mata yg dulunya jernih menjadi agak kekuningan oleh desiran debu dipadang pasir di negri para nabi itu mengeluarkan air mata, bibirnya gemetar, butir demi butiran air mata semakin deras mengalir, jiwanya berkecamuk tak menentu arah seakan bilang tuhan tak adil, ingin berteriak tapi dadanya sesak tertahan oleh tangis yg tak berkesudahan. Bunga melati yg ditabur rapi di atas gundahan tanah itu mulai tak mekar lagi, tangannya menggenggam bunga melati itu dengan keras di tengah kerumunan warga. Beberaa saat kemudian kerumunan orang mulai hilang satu persatu. tak tahan melihat amukan sedih yg merapuh dipemuda itu, Seorang pria paruh baya meletakkan tangannya dipundak pria itu, tangan yg telah tampak mengkerut namun jelas terlihat urat² tangan seorang yg dulunya pekerja keras. ia mulai mendekap ke telinga pemuda itu, dengan suara pilu nan sedih ia bilang” Nak, yg tabah ..ini sudah suratan dari sang pencipta, biar kan ibumu tenang dialam baka sana..!!!pemuda itupun membalik ke ayahnya dengan mata yg masih memerah.. tangisan itu mulai mereda, tangannya pun mulai melepas genggaman bunga melati itu perlahan-lahan…

*************
Seorang Ibu yg tiap hari pukul 03.30 itu harus bangun sebelum azan subuh berkumandang, suara kicauan burung dipagi itu blum terdengar merdunya, kokokan ayam mulai menggema satu persatu seperti panggilan azan di tiap corong mesjid². seusai melaksakan shalat subuh dan berdoa, ibu itu mulai beraktifitas dengan pakaian daster yg sudah tampak pudar warnanya, bersolekpun tak sempat layaknya wanita² karir kantoran. Disubuh itu, dia harus berhadapan dengan asap dapur yg terkadang membuat perih matanya untuk mengolah bahan menjadi adonan yg kemudian di jual di pasar terdekat kampungnya. tak lupa juga dia menghidangkan sarapan untuk suami yg selepas subuh harus membawa pacul ke kebun sebagai tambahan jatah hidup mereka.

Penghasilan mereka tak seberapa, namun cukup lah untuk bertahan hidup. sesekali mereka sisihkan pengh
asilan mereka yg lebih terasa untuk biaya anak harapan mereka di perantauan, anak yg mereka bangga-banggakan, anak yg mereka harap bisa menjadi anak yg berguna di kemudian kelak. itulah si Fulan yg sementara kuliah di Univ.Al-azhar terkenal itu..

Mereka menyekolahkan Fulan dengan hasil kerja keras mereka, kerja keras yg tak kenal waktu, kerja yg tak sesuai penghasilan bagi sebagian orang itu harus rela tiap bulannya mengirimi fulan uang ntuk biaya kuliahnya yg jauh dari mereka. meski bukan kemauan Fulan untuk kuliah di Universitas tertua itu namun krena seorang Ibu dan ayah yg di dorong rasa tanggung jawab itu ingin sekali melihat anaknya tidak bernasib seperti mereka, yg tiap hari harus memeras keringat untuk bisa bertahan hidup. dengan dasar niat baik yg lahir dari lubuk hati itu berusaha membujuk fulan untuk bisa kuliah di tempat itu, anak semata wayang mereka..!!!

dua tahun Fulan
di sana si ibu masih tetap tersenyum menatap jalan di depannya yg masih panjang, tak jarang sang ibu menghayal anaknya di sanjung² oleh warga kelak krena keberhasilannya. mungkin krena itu dia masih terus semangat walau kesehatan diri sendiri bukan suatu masalah.
Tahun berganti tahun, wajah seorang Ibu yg dulunya merekah dengan rambut yg mengkilau itu mulai menguban dimakan usia, Batuk² ketuaan yg dialaminya minggu² terakhir ini tak menggoyahkan usahanya untuk bisa bertahan hidup, wanita tegar itu masih bisa berkeringat di subuh hari meski tak seperti dulu lagi.

Wanita pejuang itu sudah mulai tampak sakit-sakitan, kiriman uang ke Fulan pun sudah mulai tak lancar lagi layaknya gaji para anggota parlement di pemerintahan. sementara Fulan, tiap bulan terus mendesak sang Ibu yg mulai sakit-sakitan itu dengan alasan biaya kuliah tiap tahunnya naik..!!! Fulan pun tak tahu kalau Ibunya sudah mulai meringis sakit-sakitan krena jam kerja yg tak menentu..Sang ibu sengaja tak memberi kabar tentang keadaanya, dengan harapan si Fulan bisa serius belajar dan tidak terganggu oleh keadaan yg sekarang dialaminya.

3 bulan kemudian penyakit yg di derita itu semakin parah, si Fulan pun masih tak di beri kabar yg jelas tentang keadaan ibunya, krena memang sang Ibu beri amanah untuk tidak memberi kabar ke anak tercintanya itu, Ibu itu tak mampu lagi bertahan untuk bisa bangun cepat seperti kala ia masih sehat,..dia hanya terbaring menatap dinding langit² ruang tidur,bertemankan Obat²an dan segelas air putih,hayalan tentang anaknya menjadi orang hebat itupun mulai samar di kepalanya, sesekali matanya mengeluarkan air mata krena sudah tak mampu menyisihkan uang untuk anaknya yg jauh di sana. beberapa hari kemudian bunyi sms yg pilu itupun tiba di Hp milik Fulan, sms yg membuat fulan tak mampu berkata², sms itu spontan membuat mata FUlan berkaca-kaca dan memerah warnanya !!! kedua tangannya dengan keras menarik rambutnya di susul desahan yg tak berujung…

Karena tak sanggup lagi untuk terus kuliah, si Fulanpun pulang dengan hampa, tanpa gelar LC yg dia peroleh..tak banyak yg dia bawa pulang, hanya beberapa baju kusang di tas rangsel kusut yg di perolah dari tetangga samping rumahnya sebagai hadiah keberangkatannya dulu..!!!

Di depan rumahnya telah nampak bendera putih, lantunan kalam ilahi yg bertabrakan suara tangis itu mulai terdengar keras dari kejauhan datangnya, semua orang seisi rumahnya tertunduk sesal, suara tangis yg lebih keras dari lantunan ayat itu semakin keras saja ketika Fulan tepat berada di depan pintu rumahnya !!!
Fulan yg berharap bisa pulang yg di sambut dengan canda tawa akhirnya bernasib sebaliknya…
Di saat itu juga Fulan berusaha menjadi pemuda dewasa, yg tak ingin harapan Ibunya berhenti bgitu saja meski sang Ibu sudah berada di Alam lain,…iya tak ingin angan dan impian ibunya itu berhenti sampai d sini !!! dia pun berjanji pada dirinya untuk menjadi anak yg berguna meski harus berubah haluan………

semerbak wangi bunga kamboja, melati masih tercium begitu terasa baunya
mengantar sang ibu ketempat asal muasal, suara lantunan ayat suci yg masih menggema,mengiung indah di belantara alam

No comments: